MEDAN – Dipicu tumpukan tanah bekas galian, warga dan pekerja proyek nyaris bentrok, di Jalan Jermal 17 Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai, Rabu (30/8/2023) sore.
Kekesalan warga memuncak, gara-gara penumpukan tanah bekas galian proyek di lahan warga sudah berlangsung berhari-hari, dan membuat kendaraan niaga milik warga sulit beraktivitas.
Parahnya, akibat tumpukan tanah bekas galian parit yang diletak di lahan milik warga itu, membuat kendaraannya terjebak lumpur bekas galian, hingga tidak bisa masuk ke halaman rumah.
Luapan emosi seorang warga pun dilampiaskan kepada pekerja proyek pembangunan drainase pemasangan U-Ditch yang sedang menggali membuat parit di kawasan itu.
“Ini tanah pribadi ya, bukan milik umum. Sudah dari kemarin saya minta agar tumpukan tanah itu dibersihkan. Karena pickup saya tidak bisa keluar untuk cari makan,” ungkap seorang warga yang tampak sangat kesal.
Namun, karena reaksi dari pekerja proyek tidak memuaskan dan terkesan melawan, kekesalan pria berbaju merah itu pun bertambah.
“Ini tanah ada sertifikatnya! Milik pribadi, jangan sesuka hati kalian menumpuk tanah dan menghalangi usaha warga untuk cari makan,” teriaknya.
Emosi warga ini bukan tanpa alasan. Karena keinginannya supaya tumpukan tanah bekas galian proyek drainase yang berhari-hari diletak di tempatnya agar dibersihkan, tidak digubris oleh pekerja proyek PT Tri Murti.
Perdebatan yang sempat nyaris berujung bentrok itu, akhirnya berhasil diredakan warga lainnya bersama kepala lingkungan.
Mirisnya, meski keributan itu mereda, kendaraan warga yang mengamuk masih terjebak dalam kubangan tanah bekas galian proyek parit Dinas PU Kota Medan tersebut.
Tidak lama berselang, sebuah mobil lain yang melintas juga terperosok gara-gara tumpukan tanah drainase yang semrawutan itu.
AIR MATI, EMAK-EMAK DEMO!
Sehari sebelumnya, proyek pengerjaan drainase di kawasan itu juga didemo belasan emak-emak Jalan Jermal 17.
Demo emak-emak ini dipicu karena padamnya air PDAM berhari-hari pasca pengerjaan proyek. Meski sesekali air hidup, namun yang keluar air comberan berewarna kecoklatan yang berasal dari saluran parit yang baru dipasang.
Padamnya air PDAM Tirtanadi ditengarai karena pengerjaan drainase yang terkesan lambat.
Emak-emak ini kemudian melabrak pegawai PDAM Tirtanadi dan pekerja proyek yang berada di lokasi proyek pemasangan U-Ditch Jalan Jermal 17.
“Sudah satu minggu air PDAM Tirtanadi tidak hidup. Tidak bisa mandi dan mencuci pakaian, bahkan mandi junub,” ungkap seorang ibu dengan kesalnya.
Cerita ibu-ibu ini, sebagian warga terpaksa memilih mengungsi untuk mendapatkan air bersih.
Padamnya air PDAM Tirtanadi, disebabkan kurang baiknya koordinasi pihak pengelola proyek pemasangan U-Ditch, yakni PT Tri Murti, dengan PDAM Tirtanadi.
Selain air PDAM yang mati, warga juga mengeluhkan pengerjaan pemasangan U-Ditch di kawasan Jalan Jermal 17 yang terkesan lambat.
Tidak hanya itu. Pemasangan U-Ditch Dinas PU Kota Medan di kawasan Jalan Jermal 17 itu menyisakan tumpukan tanah dan lubang-lubang drainase yang belum ditutup. (Red)