MEDAN- Sektor perbankan di Sumatera Utara menunjukkan stabilitas konsisten dengan modal yang kokoh dan likuiditas memadai, meskipun peran intermediasi sedikit terbatas.
“Sampai November 2023, total penyaluran kredit oleh bank umum di Sumut mencapai Rp256,81 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,69 persen secara year or year (yoy) setelah sebelumnya terkontraksi selama pertengahan tahun,” kata Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Sumut, Wan Nuzul Fachri, Rabu (31/1/2024).
Penyaluran kredit itu didominasi kredit produktif, mencapai Rp180,43 triliun atau 70,26 persen dari total kredit, dengan pertumbuhan yang termoderasi sebesar negatif 2,67 persen yoy.
Wan Fachri juga menyebutkan, perlambatan kredit produktif turut dipengaruhi distribusi kredit di sektor pertanian, terutama perkebunan sawit.
Kondisi yang melambat itu terjadi seiring dengan masih lemahnya harga crude palm oil (CPO) di pasar global dan industri pengolahan, terutama pengolahan minyak goreng dari kelapa sawit, yang lebih moderat sepanjang 2023 akibat rendahnya demand dari mitra dagang utama.
Namun demikian, kredit produktif secara stabil menunjukkan pemulihan. Itu terlihat dari penyaluran kredit pengolahan minyak goreng dari sawit yang bertumbuh sebesar 16,52 persen sejak akhir 2022.
Menurutnya hal ini turut dipengaruhi oleh permintaan domestik yang tetap kuat seiring dengan kondisi pandemi yang membaik dari tahun sebelumnya.
Kemudian adanya program hilirisasi industri kelapa sawit nasional, yakni program B35 dan B40 yang terus dilakukan pemerintah yang dapat terus meningkatkan kinerja industri pengolahan.
Selain itu, katanya indikator Purchasing Manager’s Index (PMI) negara mitra dagang utama seperti India masih berada di atas zona ekspansif.
Wan Fachri juga menyebutkan, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sempat stagnan selama 2023 mulai menunjukkan peningkatan.
Hingga November 2023, total DPK yang dihimpun mencapai Rp317,38 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 3,22 persen yoy.
Pertumbuhan ini didukung peningkatan simpanan deposito sebesar 6,27 persen yoy.
Secara struktur, porsi jenis simpanan terbanyak terdapat dalam bentuk tabungan (43,13 persen) diikuti deposito (38,34 persen), lalu giro (18,53 persen).
Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumut pada November 2023 menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga.
Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core (AL/NCD) serta Alat Likuid dan Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) meningkat masing-masing menjadi 113,72 persen, jauh melampaui ambang batas yang ditentukan sebesar 50 persen dan 10 persen.
Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara.
Ketahanan modal juga tetap solid, terlihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang semakin kuat menjadi 27,71 persen (Oktober 2023: 26,95 persen).
“Situasi ini mengindikasikan jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, saat ini kantor OJK Sumatera Utara telah menerima Rencana Bisnis Bank Umum (RBB) tahun 2024-2026.
RBB itu antara lain memuat proyeksi pertumbuhan kredit, DPK, rencana penerbitan produk dan aktivitas baru perbankan, rencana pengembangan infrastruktur teknologi informasi untuk meningkatkan layanan digital perbankan, rencana pengembangan organisasi dan SDM, serta rencana perubahan jaringan kantor.
Terkait dengan RBB tersebut, OJK telah melakukan prudential meeting dengan masing-masing bank untuk melakukan fine tuning terhadap RBB dimaksud.
Prudential meeting dilakukan agar kontribusi perbankan bagi perekonomian Sumut semakin meningkat serta mengedepankan keseimbangan antara optimalisasi potensi pertumbuhan dengan upaya menjaga profil risiko bank sehingga stabilitas sistem keuangan tetap terjaga. ( tanai)