GLOBALMEDAN.COM, DELISERDANG- Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut menyebutkan
Sektor pertanian menjadi salah satu penopang perekonomian di Sumatera Utara ( Sumut) saat pandemi Covid 19.
” Sektor pertanian terbukti tetap tangguh dan berdiri kokoh meski terjadi pandemi Covid-19,” kata Statistisi Ahli Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Nizaruddin SST MSi, Senin (17/10/2022).
Saat menyampaikan Telaah Pertanian & Profil Petani Sumut 2022 pada workshop wartawan, Nizaruddin menilai share pertanian merupakan sektor yang ‘tahan banting’.
Menurutnya sejak Indonesia mengalami krisis pada 1997, sektor pertanian tumbuh positif dalam kondisi apa pun.
Workshop dalam rangka peningkatan literasi statistik bagi insan pers dan ekspose data sosial ekonomi Sumut dibuka Kepala BPS Provinsi Sumut Nurul Hasanudin, SST, M.Stat ini diikuti 57 peserta, 33 diantaranya wartawan dari media cetak, elektronik, dan online.
Nizaruddin menyebutkan, sebanyak 34,27 persen penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian.
“Jadi jika Sumatera Utara ingin membangun perekonomian provinsi ini, maka harus fokus di sektor pertanian,” ungkapnya.
Pada workshop tersebut, Nizaruddin memaparkan kondisi pertanian di Sumut.
Diungkapkannya, kendati menjadi penopang perekonomian, namun banyak kendala dialami di sektor pertanian dan bagi petani itu sendiri, antara lain upah yang diterima cukup rendah dan di bawah UMR (Upah Minimum Regional).
Ia mencontohkan, UMK di Provinsi Sumut Rp2,5 juta sedangkan upah yang diterima pekerja di sektor pertanian Rp2,2 juta.
“Berdasarkan data pada Februari 2022, petani kita masih mendapatkan upah yang lebih kecil dari UMK Sumut,” ujarnya.
Selain upah rendah di bawah UMK, tantangan yang dihadapi petani meliputi usia, tingkat pendidikan, penguasaaan teknologi dan inovasi juga terhambat.
Menurutnya, untuk kondisi sekarang diperlukan digitalisasi petani dan harus ada pendampingan atau penyuluh pertanian.
Sedangkan untuk kondisi jangka panjang diperlukan regenerasi petani. Hingga 2024 nanti, pemerintah menargetkan adanya regenerasi petani dengan menyasar 2,5 juta petani milenial.
“Target tersebut untuk menggali potensi petani muda agar tidak terjadi krisis pangan. Hal ini juga untuk meningkatkan pendapatan petani,” katanya.
Menurutnya, agar cenderung tidak miskin maka akses internet dan pendidikan petani harus ditingkatkan. Petani juga harus memiliki akses jaminan kesehatan, dan sumber air yang layak. (swisma)